Tuesday, May 12, 2009

Tiga Pintu Toilet

Beberapa waktu lalu, gue menunggu seorang teman yang ke toilet. Di situ dia cukup lama karena membuang sesuatu yang besar (hahahahaha). Ketika gue menunggu di situ, gue mengamati suasana toilet. Hilir-mudik, lalu-lalang orang-orang yang ke toilet, yang menunggu, bahkan yang ga sabaran nunggu terus jadinya keluar lagi deh. Hehehehe.

Ada kalanya toilet rame banget. Tapi ternyata kegiatan di toilet emang ga makan waktu cukup lama, jadinya dalam beberapa menit pun uda sepi lagi. Pas sepi antrian tapi ketiga toilet terisi, tiba-tiba datanglah seorang ibu yang membawa anaknya yang mau "pup". Mereka menunggu gak lama, lalu masuk. Kemudian masuk seorang ibu, lalu ia menunggu giliran karena 3 pintu toilet tertutup. Pas si ibu lagi nunggu, dateng seorang mba yang bawa anak mau "pup" juga. Dan si ibu tadi mempersilakan mereka masuk duluan. Jadilah tiga pintu toilet tertutup lagi dan si ibu menunggu kembali. Setelah beberapa saat, toilet kembali penuh dengan antrian. Tiga pintu masih tertutup oleh orang-orang yang sedang "pup". Hahahahaha. Gue liat ada seorang cewe yang kayaknya uda kebelet, tapi harus nunggu. Ada dua orang cewe juga yang akhirnya ga jadi. Si ibu yang kasi anak kecil duluan juga akhirnya memutuskan ga jadi. 

Gue pindah nunggu di luar karena gue liat semakin penuh tuh ruangan. Pas di luar, dalam hitungan detik, selalu ada yang keluar masuk toilet. Hebat banget ya fungsi toilet. Hahahahaha.

Melihat suasana toilet, gue jadi berpikir. Banyak orang dengan keperluan yang sama, membutuhkan sebuah fasilitas umum yang digunakan bersama-sama. Fasilitas ini terbuka untuk semua orang, boleh digunakan semau-maunya. Tapi tetep ada yang namanya usaha untuk mendapatkan itu, salah satunya adalah kesabaran dalam menunggu. 

Kesabaran dalam menunggu, di mana kita berada pada situasi membutuhkan sesuatu tetapi diharapkan untuk tetap sabar menunggu dan menjadikan hal tersebut sebagai proses belajar. Sama seperti ketika kita kebelet pipis dan semua pintu toilet tertutup. Pada situasi ga enak, tapi masih juga dituntut buat sabar dan percaya kalau satu kesempatan pasti akan terbuka.

Dan setelah bisa masuk toilet dan terbebas dari kebelet pipis, rasanya legaaaa banget. Begitu juga dengan setelah sabar dan kemudian mendapat penyelesaian dari segala rasa ga enak, rasanya legaaaaaa banget.

Kacamata gitta melihat sebuah situasi di mana ketika kita dengan sabar menjalankan sebuah proses yang bahkan sangat tidak enak, dan akan datang saatnya di mana terbuka penyelesaian dan kita terbebas dari rasa ga enak itu. Percaya, berserah, dan bersabar.

1 comment:

Theresa Patilaya said...

nice reflection, hahaha...