Walaupun sudah harus berlari dan melangkah dengan lebih lebar, tapi rasanya berat untuk melangkah. Gue masih harus lari, lompat, nyebrangin sungai dengan batu licin, lewatin tempat-tempat gelap dan sepi. Gue jadi sangat takut. Gue bisa gila kalo sendiri.
Gue udah liat ada papan bertuliskan arah yang gue tuju dengan tulisan di bawahnya tinggal beberapa meter lagi. Tapi gue masih harus lewatin jalan-jalan yang terjal itu. Gue jadi berhenti melangkah.
Gue terdiam.
Berharap ada pertolongan.
Duduk di pojokan.
Menangis.
Tiba-tiba Dia datang. Mengulurkan tanganNya. Gue digandengNya!!! Berjanji untuk nemenin, bantuin, gandengin, bahkan rela gendong gue (walaupun berat) dengan seluruh dayaNya yang luar biasa. Dia meyakinkan gue bahwa gue pasti akan sampai pada tujuan. Dia menggandeng gue dengan erat, mengajak gue berjalan bersamaNya hingga nanti di tempat tujuan.
Terimakasih Tuhan.
Kacamata gitta berkaca-kaca.
1 comment:
wahh gitta..tulisan yg ini bagus banget..bener banget git perumpamaannya...
Post a Comment