"Mba.. tolong ambilin air dong.."
"Mba, beresin meja.."
"Mba bikinin indomie"
Kalimat-kalimat di atas terasa begitu mudahnya keluar dari mulut gue buat minta tolong sama Mba' di rumah. Pembantu rumah tangga, salah satu kebutuhan untuk jaman sekarang. Rasanya ga bisa ngerjain apa-apa tanpa si Mba, rasanya kurang waktu, jadi ribet, jadi capek kalo ga ada si Mba.
"Duhh tidur mulu nih Mba gue"
"Berisik banget sih nih Pembantu" (mulai kasar)
"Dodol banget Mba guee!!"
"Aduhhh harusnya bukan di situ tempatnya, Mbaaa"
Kira-kira begitulah kalimat-kalimat kalo kesel sama si Mba. Begitu mudahnya keluar dari mulut kalo si Mba salah ngerjain hal yang seharusnya dia kerjakan. Mungkin pernah beberapa kali gue mengeluarkan kata-kata seperti itu. *Maafkan aku, Mba.. :)*
Hari ini, gue bisa melihat ketulusan dari senyum dan tawa Mba gue ketika dia dapet sesuatu. Sesuatu yang tidak besar. Kalau dilihat dari harganya, itu mungkin cuma Rp 35.000,00. Tapi kepuasannya melebihi satu cup Sour Sally.
Jadi ceritanya, tadi nyokap gue menyuruh gue membelikan kaos kembaran buat Mba-Mba di rumah. Nah, terbeli lah sepasang pakaian, atasan dan bawahannya dengan harga total Rp 35.000,00/pasang. Kalau kita lihat, mungkin kita bilang "ih baju mba-mba" atau apa lah. Tapi itu semua benar-benar berarti buat mereka.
Ketika gue melihat kesenangan mereka mendapatkan "hadiah" ini, gue jadi merasa sangat sangat senang bisa menyenangkan mereka. Walaupun belinya ga pake duit gue, tapi gue jadi sangat sangat merasa kalau tawa dan kesenangan mereka ga bisa dinilai dengan uang. Ketulusan mereka untuk melayani, untuk mencoba menyenangkan "majikan"nya, semuanya itu bisa terlihat dari reaksi mereka ketika menerima "hadiah" itu.
Banyak hal yang gue rasa dan pelajari dari situasi menyenangkan ini, terutama dari sifat dan sikap si Mba. Pertama, mendapatkan kesenangan yang memuaskan ga bisa dinilai dengan mata uang. Melihat tawa dan senyuman dari si Mba yang gratis ini bisa memberikan ekstra semangat dan kesenangan lebih. Kedua, pekerjaan yang dilakukan dengan tulus, walaupun banyak salah, kena omel, dsb, akan tetap jadi pekerjaan yang menyenangkan. Hal ini bisa dipelajari dari si Mba yang walaupun kadang kena omel tapi dia tetep menyelesaikan pekerjaannya. Ketiga, sikap melayani dari si Mba yang tak kunjung lelah. Dengan rutinitas pekerjaan yang mungkin kita lihat "begitu-begitu saja" tapi mereka bertahan. Ya, mungkin orang bilang nasib, karena ga sekolah, atau apa lah, tapi kerendahan hati untuk setia sama majikannya, itu yang sangat mengagumkan.
Menghargai setiap pekerjaan, menghargai segala bentuk hal, entah yang berupa materi ataupun tidak, menghargai setiap orang. Sikap menghargai, itu yang bisa gue ambil dari tawa si Mba hari ini.
Kacamata gitta senang melihat tawa si Mba.